Rabu, 18 Januari 2012

Sepucuk Surat (Bukan) Dariku

“Buk,, Aku juga mau dong dapat surat cinta...”
“Apa? Surat cinta?? Kamu itu masih kelas 2 SD sayang, belum waktunya....Keponakan Ibuk kok genit banget sih?”  suara Ibuk kesayanganku terdengar lucu di pikiranku. Tak lupa Ia mengacak-ngacak rambutku.

“Buk, tolong jangan ketawain! Aku mau dapet surat cinta!rengekku semakin menjadi
“emang mau dapet surat cinta dari siapa?? Kak Dimas Aditya? idola kamu ituh? Cewek kecil Ibuk ini kok genit banget sih, “ suaranya terdengar centil, menciutkan niatku.
“POKOKNYA AKU MAU SURAT CINTA! DENGER YA BUK.. AKU MAU SURAT CINTAAAA!!!!!! TITIK!!” aku menjerit di ruang keluarga rumah petak Ibuk.
***
2 Hari berselang...
18 Januari 2012
                Dear Tias..
Sepenggal  kata, bukan kata cinta... sepenggal  sendu, bukan sendu rindu...
Apa kabar? Ah~ aku masih terlalu kaku buat bertanya.. Baikkah? Harapku pertanyaan ini terjawab walau tak terucap.” Ya! Tentu saja, Bagaimana kabarmu?” hm..  terbersit kata-kata itukah? “Pasti!”
Terimakasih.. J “Kembali Kasih J
Merindukanku-kah? “Tentu” 
Ingin berjumpa-kah? “Pasti”
Ingin bersama-kah? “Tidak”
Ohya? “Begitulah”
Hm... “Ah, yang benar saja, terlalu konyol bila ku berkata Iya”
Aku mengerti... Semoga semuanya berjalan sesuai rencana, bukan harapan bukan impian. “Ya, semoga”
***
“Buk, aku benci surat cinta! Aku gamau dapet surat cinta, GAMAUK! TITIK!”

hey, 2 hari sebelumnya kamu merengek kencang ingin mendapatkan surat cinta

Ibuk tak menjawab hanya tersenyum simpul.

“IBUK.. dengerin aku dong, Aku mau ceritaaaa...” Aku tak tinggal diam, kutarik ujung kain baju Ibukku yang bermata sipit mengajaknya menyepi sejenak.
“Iya, iya.. Ibuk dengerin kok” Ibuk merosok jongkok menyamakan ketinggian kami “Hayo cerita, kenapa ga mau dapet surat cinta sayang?”  senyumnya begitu mempesona, mengubah air mukaku, menyejukkan hati.
“Iya, aku gamau dapet surat cinta! Surat cinta itu cuma basa-basi kebohongan besar! Cuma rangkaian kata ga berguna aja. Lihat nih!!” aku memberikan sepucuk surat cinta terbungkus rapi tak beramplop, namun berlapis saputangan biru muda dan tertulis :
Sepucuk Surat (Bukan) Dariku

                Ibuk membuka lipatan surat dan membaca sesekali mengkerutkan kening. Sama seperti reaksi yang kutunjukkan saat pertama kali ku membaca surat itu, saat pertama kali kutemukan lapisan sapu tangan biru muda yang berserak di Ruang baca rumah kami .
                Tanpa menunggu respon dari Ibukku yang bermata sipit itu, aku kembali berceloteh,

“Cewek itu bodoh kan Buk,  Yang ngirim pasti kakak itu, tapi di lipatan awal surat dia malah nulis Sepucuk Surat (Bukan) Dariku trus, kenapa dia ganulis namanya sebagai pengirim? kalo bukan dari dia ya dari siapa coba? Hantu? Munak banget sih itu Kakak-kakak!! Emang ada surat cinta yang isinya kayak gini? Gak masuk akal banget.! Masak nanya sendiri jawab sendiri. Cintanya bertepuk sebelah tangan ya? KASIAN. Mungkin wajahnya gak sebanding sama yang nerima surat kalik.”
“Kamu melupakan sesuatu” Ibuk menunjukkan tulisan kecil di pojok kertas surat
Sepucuk Surat (Bukan) Dariku Namun Hatiku

“karena sesuatu yang berasal dari ketulusan, larinya bakalan ke hati” Ibuk tersenyum, mencium pipiku dan menyelipkan surat cinta yang tak ku kenal di saku tangannya.

Ini suratku !

diikutsertakan untuk #15HariNgeblogFF cc: @WangiMS @momo_DM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar dong...!! Anak pintar silahkan berkomentar :)

 
blogger template by arcane palette