Jumat, 21 Februari 2014

Bejarak [Cerbung]

Aku terburu-buru saat itu, lupa menanyakan kabarnya. Yang aku ucapkan malah "Hei, mau ke warnet ya?" Dia tersenyum lalu menggangguk. "Yasudah, aku duluan ya.. mau jumatan." Aku tersenyum kepadanya, dia membalas senyum. Aku membalikkan badan  menghampiri tiga teman SMA ku yang sudah menunggu tidak jauh dari pertemuan-yang-tidak-disengaja itu. Selanjutnya, yang kutahu dia membalikkan badan juga, menghampiri teman SMAnya, berjalan tanpa menoleh. Entah apa yang kupikirkan saat itu. Aku berbalik sepuluh detik kemudian dan menghampirinya lagi.. bukan dia, namun teman kami lainnya. Salah satu dalam rombongannya.

 "Eh, bagi nomor hapenya dong, siapa tahu perlu." 
 "Kosong lapan limo duo nam tujuh kosong satu mpat tigo tujuh lapan."
 "Makasih ye, nomor Putri nanti aku minta sama kau ya, Sep. Duluan ya, udah mau adzan." Kali ini aku benar-benar membalikkan badan, tidak tersenyum kepadanya. Tidak.. aku harus bersikap sewajarnya saja.

"Kawan SMP yo?" Gogo bertanya saat aku kembali menghampirinya bersama dua teman SMAku lainnya.
"Iya..." 
"Yang matanya sipit juga? Cantik woo, siapo namanyo?" Gogo mulai terpesona.
"Putri. La ado cowoknyo, Go. bentar lagi tapi..."
"Sapo?" Gogo melirikku.
"Aku, kau tunggu aja." 

***
Hari-hariku berlanjut, aku belum menghubunginya terlebih dahulu. Aku sedang mengulur waktu, agar terlihat seperti tidak sedang memburunya. Bukankah perempuan itu suka bermain tebak-tebakkan? suka dengan cowok yang sedikit misterius? Padahal tepat setelah salat jumat itu, aku langsung mengirimkan pesan ke Sepni, memintanya untuk mengirimkan nomor ponsel Putri. Namun... ini sudah pagi kelima aku belum mengirimkan pesan singkat apapun kepadanya. Ya biarkan saja. Lagian, aku tidak bermaksud serius untuk mendekatinya, Saat bertemu hari Jumat lalu itu, aku--sebenarnya tidak benar-benar tertarik. Hanya sembarang menjawab dengan Gogo, hanya sedikit kaget saja karena sudah lama tidak bertemu. Perubahannya juga tidak terlalu mencolok untuk remaja sejawatnya. Biasa saja si Putri itu, hanya menang kulit putih dan berambut panjang saja.Target anak laki-laki kebanyakan. 

Aku sengaja berkata  "Nomor Putri nanti aku  minta sama kau ya, Sep..." karena tidak ingin terlihat mencolok. Laki-laki itu harus cuek, stay cool. Lagian, aku memang cuek orangnya, sedikit cool  dan manis. Hehehe...  Lagian, nomornya hanya untuk cadangan saja, kok. Siapa tahu, saat malam-malam berikutnya "another my target" tidak menanggapi "usahaku" . Lagian, si Putri itu... seberapa putih dan panjang rambutnya, masih Putri yang ku kenal saat SMP, tetap cewek tengil dimataku. T-E-N-G-I-L. 

"Udah kau sms si Putri-putri itu?" Gogo kembali bertanya tentang Putri, tepat di hari keenam, hari Kamis setelah pertemuan-yang-tidak-disengaja itu.
"Belom..."  aku menjawab sekenanya sambil memasukkan pempek ke dalam mulutku. Lapar betul aku hari ini. Baru istirahat pertama, sudah habis duit jajanku semua.
"Ngapo?" Gogo bertanya lagi sambil mengambil cuka pempek yang berada tepat didepan mangkokku. 
"Yo, dak ngapo-ngapo." aku menghiraukannya, fokus dengan lahap mengunyah pempek.
"Tapi, nak kau jadike pacar?" (Tapi mau kau jadikan pacar?) Gogo bertanya (lagi). Terdengar seperti sedang kumur-kumur. Aku menolehnya. Oh, ternyata ada pempek didalam mulutnya.
"Kau ini Go, banyak tanyo pulok" (Kau ini banyak tanya pula). Aku menyendok satu suapan pempek ke dalam mulutku lagi.
"Bukan cak itu, ye. Kan kau dewek yang bilang Jumat lalu kalu nak jadike dio pacar. Men kau belum gerak, aku bae yang ngedeketinyo, kalu bae dio galak samo aku." (Bukan gitu, ye. Kan kau sendiri yang bilang Jumat lalu kalo mau jadiin dia pacar. Kalo kau belum gerak, aku aja yang ngedeketinnya. siapa tahu dia suka sama aku). 

Aku tertawa. Apa tadi Gogo bilang? "kalu bae dio galak samo aku?" Hih!

"Kau ni Go, banyak tanyo nian. Kan Jumat lalu itu aku bilang, kau tunggu aja. AJA. Dak terti bahasa indonesia kau, ni, ye," Aku meneguk air mineral  "yo, kau tunggu bae dulu cak-cak sebulan ini, santai. Agek kau, aku traktir men kami jadian nian. Kau, kan, tau dewek aku lagi deketin siapo sekarang ini." (Kau ini, Go. banyak tanya banget. Jumat lalu itu aku bilang, kau tunggu aja. AJA. Gak ngerti bahasa indonesia kau, nih, ya) (ya kau tunggu aja dulu sebulan ini, santai. Nanti kau, aku traktir kalo kami jadian beneran. Kau, kan, tau sendiri aku lagi deketin siapa sekarang).
"Janji kau, ye?"
"Janji. Asal kau dak sms Putri bae. Jatah aku itu!"
"Yosudah, dakke aku sms. Nomornyo bae aku dak punyo." (Yasudah, gak akan aku sms. Nomornya aja aku gak punya).

Malamnya, aku menyusun rencana , apakah aku langsung sms Putri atau pakai cara lama: pura-pura menelponnya, dan saat dia angkat telepon, aku putuskan sambungan telepon lalu menunggu Putri yang mengirimkan sms duluan yang isinya sudah pasti bisa ditebak seluruh warga kelurahan rumahku: "Siapa ya?" Aku pilih cara yang paling laki-laki untuk mendekati perempuan saat itu, Aku pilih cara yang...


 
blogger template by arcane palette