Apa Impianmu, Anak Muda?
“To
The Place Where Cinema And Us Meet”
“Impianku menjadi seorang sineas.Kenapa?Karena aku bisa menciptakan dunia sendiri. Dunia
yang mempertemukan imajinasi dan realitas. Dunia di mana aku bisa berekspresi”(hlm: 279)
JudulBuku
:CineUs
Penulis:
Evi Sri Rezeki
ISBN
: 978-602-7816-56-5
Penerbit
:teen@noura (LiniRemajaPenerbitNoura Books)
Penyunting
:Dellafirayama
Penyelaras Aksara : Novia Fajriani, @kaguralian
Penata Akasara: Nurul M Janna
Perancang Sampul : Fahmi Ilmansyah
Penggambar Ilustrasi Isi : Anisa Meilasyari
TahunTerbit
: Agustus 2013
Harga : Rp. 48.500
JumlahHalaman
: 304 hlm, 13x19cm
Aku pernah beberapa kali mengikuti kompetisi film
pendek, sayangnya belum pernah menang. Nasib Dania dan Dion sama denganku kalau
menyangkut kompetisi film pendek. Siapa tahu setelah bergabung, kami bisa
menang melawan saingan lain. (hlm 24).
Apakah mereka
bisa memenangkan kompetisi film pendek?
Novel bergenre teenlit (komplit) ini bercerita tentang
tiga orang sahabat dengan karakteristik yang berbeda-beda. Dengan konflik yang
tidak hanya berkutat tentang klub film di sekolah Cerdas Pintar, melainkan ada
konflik pertemanan, konflik cinta dan konflik dengki khas-nya anak ABG. Itulah
mengapa saya menyebutnya dengan teenlit komplit!
Ialah Lelatu Namira disingkat menjadi LeNa.
Hasil dari kekreatifan orangtuanya. Lelatu artinya bunga api. Bercak-bercak api
yang berhamburan ke arah langit. Namira berasal dari bahasa Arab yang artinya
gesit seperti kucing. Jadi, kalau teman-temannya melihatnya tidak bisa diam,
meletup-letup dalam banyak hal, suka mencakar (maksudnya sesekali dia suka
tidak sabaran dan ingin mencakar orang yang membuatnya kesal), dan
melompat-lompat, mungkin itu bawaan dari namanya. Hahaha! Seorang siswi SMA
Cerdas Pintar yang tidak pendek jika dibandingkan dengan sahabatnya
–Dania, yang mempunyai impian menjadi
seorang sineas. Cewek cuek, galak, kerja keras dan setia kawan (hlm:7)
Dania. Cewe kece,
blasteran Indonesia-Jepang. Ia mewarisi kecantikan dan kulit putih mulus milik
ibunya. Sebaliknya, tubuh tinggi kurus didapatkan dari bapaknya (hlm 7). Salah satu
sahabat Lena
Dion –Oon , Dion itu tidak lemot. Dion adalah
salah satu anak pengidap Attention
Deficit Hyperactivity Disorder a.k.a ADHD. Menurut Mr. Google, ADHD merupakan suatu
gangguan perilaku yang ditandai dengan kurangnya perhatian, aktivitas
berlebihan dan perilaku impulsif –bertindak cepat secara tiba-tiba menuruti
kata hati yang tidak sesuai pada umumnya. Biasanya, anak ADHD selalu membuat
kesalahan karena ceroboh saat mengerjakan suatu pekerjaan. Sering sulit
mempertahankan perhatian dan seperti tidak mendengarkan bila diajak bicara.
Pelupa dalam aktivitas sehari-hari . Sederhananya, aku dan Dania menyimpulkan ,
Dion itu selalu #GagalFokus (hlm104).
Tidak hanya tiga karakter diatas yang ada di dalam novel S Club
Series ini. Karakter-karakter lainnya juga memiliki keunikan masing. Seperti
Rizki –Tokoh cowok utama yang sangat jauh berbeda dari novel yang se-genre
lain nya. Jika tokoh utama cowok lainnya digambarkan berperawakan tinggi, putih,
atau punya kelebihan yang bikin si tokoh perempuan klepek-klepek. Di novel
karya Teh Evi ini, justru kamu akan menemukan tokoh utama cowok yang gendut, hitam
berambut agak panjang dan dapat predikat sebagai Si-Anak-Hantu oleh Lena. Duh!
Eh tunggu dulu, Si Rizki ini creator Web
Series loh! Web series itu apa sih?
“Web series itu kayak serial televisi yang publikasinya di internet.
Kayak ‘Malam Minggu Miko’ yang sering kamu tonton di Kompas TV!” (hlm.5)
Secara teknis, novel ini sudah layak baca kok. Hehehe.. maksudnya, walaupun masih ada salah ketik, namun
tidak terlalu banyak, dan tidak terlalu fatal juga. Pemilihan warna cover juga
pas kok dengan rok SMA. Warna biru, hahaha… kalau di amati, dari sampul saja
sudah membungkus isi novelnya.Sampul luar yang menggambarkan ketiga
tokoh utama yaitu Dania, Dion dan Lena, lalu di sampul dalamnya, ada gambar
Rizki dan Lena yang sedang duduk. Yang disayangkan, di sampul dalam dan sampul
luar sama-sama menggunakan gambar gedung-gedung gitu. Padahal menurut saya, lebih bagus jika di sampul dalam digambarkan
seperti dalam novel, yaitu sungai. Namun, itu hanya secara teknis dan keinginan
pribadi pembaca saja (hueuehehee).
Novel ini saya dapat gratis dengan ikutan kuis dari @SukabumiToday. (ketjups mimin) Oya, dapat
ketjups Teh Evi juga loh di halaman depan novelnya, *itu mah saya yang minta.
Saat pertama kali membaca novel ini, saya langsung menyimpulkan
bahwa novel ini banyak menggunakan majas hiperbola, majas personifikasi. Di
halaman berapa aja sih emang? Wah, lumayan banyak. Tidak sempat mencatat semua.
Beberapa majas tersebut terdapat di bawah ini:
·
Perutku sudah rebut minta diisi (hlm.xi)
·
Aku segera melempar dengan kekuatann singa lapar (hlm xiii)
·
Entah sejak kapan, linangan air mata yang sejak tadi tertahan,
menyeruak, membobol, pertahanan kantung mataku (hlm 64)
Namun ada saatnya majas tersebut benar-benar berlebihan. Sebagai contoh : Mang Jaka menyerahkan semangkok batagor yang langsung kumakan dengan brutal (hlm 53).
Kelebihan : Ada ilustrasi gambar. Pendeskripsian tokoh
yang lengkap. Bahasa yang mudah dimengerti. Konflik tidak hanya ada
pada tokoh utama (Lena) melainkan sahabatnya, Dania dan Dion juga. Banyak
kalimat yang memiliki arti dan disampaikan dengan sederhana. Ada juga
penjelasan tentang satu kata yang belum kita pahami di dunia bikin film.
Seperti web series, proses bikin film
pendek, penjelasan shaky handled.
![]() |
salah satu ilustrasi gambar |
Alur maju. Terkadang
konflik yang hadir malah bikin anti-klimaks. Berikut beberapa contoh bagian
cerita yang jadi anti-klimaks (menurut saya pribadi)
· Saat Lena
penasaran tentang pembuat web series, namun setelah diketahui
siapa pembuatnya, belum menjawab rasa penasaran saya.
·
Pada bagian
cerita saat skenario Lena tertukar dengan skenario Rizky juga tidak diceritakan
lebih lanjut.
·
Pada bagian
saat Dania ternyata suka sama Dion. Disini yang paling bikin saya garuk-garuk
kepala. Nanggung bener Teh, si Lena cuman tau dari foto yang keselip di bawah
tempat tidur Dania, dan saat Dania mengetahuinya, saya kira bakal ada dialog
namun.. jreng jreng.... gak ada, mungkin jawabannya ada di novel kedua kali,
ya. eh emang ada sekuelnya?
·
Bagian saat
Lena bertemu pertama kali dengan Rizki kurang horror. Mungkin karena pas saya baca bagian itu, gak
lagi malam jumat kliwon
·
Hubungan Romi
dan Adit. Kirain mereka saudara kandung ya? Mikir mereka saudara kandung itu
pas dialog Adit : “Gua enggak akan kena hukuman.! Paling juga si Romi!
Hahahaha,” kata Adit meremehkan.
Kesannya kok, Adit dan Romi itu punya hubungan
deket gitu.
Uhuk!
Tenang-tenang, setiap orang kan punya pendapat beda-beda. Namun, ada
scene yang saya gak suka, ada juga bagian cerita yang saya suka. Contohnya :
·
Saat Dion
menceritakan Ayahnya yang selingkuh. Duh! Mendalam euy, seorang pengidap ADHD
menceritakan masalah keluarganya dan digambarkan dengan tegar. Sempet
berkaca-kaca waktu baca dialog Dion yang ini :”Len, aku sudah mulai ikut
terapi. Aku pengin sembuh, Aku pengin lebih pintar buat Ambu.”
·
Saat Lena
menelpon Rizki untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Detail banget deh
percakapan mereka. Gak sekedar ngucap ulang tahun aja, ada obrolan khas “anak-muda-yang-lagi-sama-sama-jatuh-cinta-tapi-gengsi-ngungkapin”
hahaha.
·
Saat dion
yang tiba-tiba hadir di festival film remaja.
Banyak juga kata-kata / potongan kalimat yang
menyentuh. Memiliki arti lebih dibandingkan kalimat-kalimat lainnya.
Kalimat-kalimat itu, antara lain seperti :
- Harusnya, guru-guru di era digitalisasi begini lebih kreatif. kasih hukumannya seperti bikin resensi film kartun atau komik. Kan, lebih asyik! (hlm.49)
- "Cewek, tuh, kalau cemberut bibirnya otomatis maju tiga senti,ya?" (hlm. 72)
Ah, barangkali impianku tidak sederhana.
Setinggi apa pun impianmu, kamu hanya butuh percaya. Seperti aku memercayai impianku. Sertakan orang-orang yang kau cintai dalam impianmu. Karena mereka adalah sumber kekuatan bagimu. Saya kasih rating 3/5.
![]() |
voting di goodreads |
Tulisan ini diikutsertakan lomba review cine di sini.