Kamis, 27 November 2014

Sebatas Mimpi

Adakah yang bosan membahas jarak?  Ada. Mereka yang telah mati rasa oleh perasaannya sendiri.  Apakah kau begitu?  Aku tidak. 

Sebelum kau lupakan aku,  marilah kuajak kau mengingat kembali apa-apa yang seharusnya terjadi sebelum kita mempercayakan rindu kepada jarak. Bahwa jarak adalah hal yang bisa menguatkan kita akan rasa, akan ada dimensi untuk kita berdua kelak. 
Kelak.  Kapankah pastinya?  Ketika kau mengubah segalanya.  Saat kau tidak berbalas, saat kau tidak menikmati cinta lagi,  dan aku hanya menjadikannya sebatas mimpi.  

Perlukah aku mengingatkanmu akan apa-apa yang sebelumnya terjadi sejak jejak sekarang kita malah mempercayakan jarak sebagai dalang untuk kita bersua? 

Selasa, 25 November 2014

Lelaki dan Perempuan yang aneh.

Wajahnya selalu ada dipikiran tiba tiba aku suka.  

Dia,  punya semua pesona.  Cie cie itu lagu cie.  Abaikan.  

Kenapa yang ada dipikiran tidak selalu menjadi kenyataan?  Kenapa setiap tanda tanya yang terlontar selalu berbanding terbalik dengan tindakan? 

Sila pikirkan sendiri.  Aku sedang malas berpikir.  Entah itupun harus tentang kamu.  

Ada disetiap pagi,  melirik ke arahmu.  Tak mungkin bila kau tidak tahu.  Siap tersenyum terbaikku, setiap pagi.  Cukup bagiku melihatmu tersenyum manis.  
Pernah menyangka? Aku yakin tidak,  dan kosa kata terindah yang kutahu adalah cinta bertepuk sebelah tangan,  kau tidak pernah menungguku.  Padahal kau tahu,  aku siap menjadi tempat berteduh. 

Jangan ambil pusing komentar yang menjadi kepentinganmu. Yang hanya lihat salahmu.  Mereka tidak akan menjadi apa-apa jika kau berhasil.  Ingat mungkin mereka bulan,  kau matahari.  Cahaya mereka darimu.  Lakukan yang kau suka.  


-Aku pernah menerka,  sejak awal pertemuan,  mungkin akan tercipta kata 'kita' dan kode komunikasi radiasi kita berdua.  Namun,  terkaan adalah sebuah ketidakpastian.  Dan kepastian adalah ketidakpastian itu sendiri.  Aku berbalik bukan karena rasa sudah berbeda.  Namun aku berbalik karena dia yang lainnya sudah merampas lembut rasamu. 

Adilkah?  


Minggu, 23 November 2014

Penyandu Rindu.

Ada yang meminta keluar,  ingin segera keluar. Mendesak-desak seperti akan menjadi gila jika tidak dituruti.  Seperti bergejolak.  Dan ingin segera menjadi bagian dari bagian lainnya. 

Bolehkah,  aku ikut menata?  Hanya aku.  Bukan dia,  tanpa dia.  Sendiri? 

Dan perasaan terdesak yang kusebut rindu mulai tidak tahu diri.  Dia ingin terus dituruti.  Kian membukit.  Kian membuncah.  Aku bisa apa? 

Sebentar,  sebentar.  Aku ingin menjadi pelupa saja.  Ingin berpura-pura hingga lupa sedang berpura-pura.  Hingga lupa bagaimana cara merindu, hingga lupa bagaimana rupa kau--sipenyebab aku yang candu merindu. 




Sabtu, 22 November 2014

Entah Berantah



Teruntuk yang datang terlambat.. 

Jangan bertingkah terlalu bercelah. Tidak ada yang bisa kuasa.  Dia menunggu hingga ku terlampau terbawa suasana.  Menghibur saat rapuh,  siapa yang kuasa?  

Tidak ada.  

Untuk yang terlambat datang, teruntuk tawa yang tidak bisa terulang dan teruntuk rasa yang tersaru nikmat dan lara.  Berpeganglah yang erat,  bersiaplah terhempas ke tanda tanya.   


-Banda Neira:  Ke Entah Berantah

Jumat, 21 November 2014

Bisa gulungin jarak, ndak?

Bisa gulungin jarak, nggak? 

Jarak luruh dong,  yang romantis bukan aku,  kamu,  percakapan saat telponan, obrolan di bbm atau whatsapp,  tapi Tuhan.  Dia teramat romantis.  Menyulam cerita kita berdua dengan romantis.  Kau tahu bagaimana logika dari sebuah rindu?  Jangan sibuk berpikir.  Aku saja enggan menyimpulkannya.  Karena pertanyaan seperti itu tidak cocok dengan segala jawaban.  

Jadi kamu bisa gulungin jarak,  ndak? 

Kalo bisa,  bersegera! 


Teramat senang berkenalan dengan kalian semua,  akan ada pertemuan-pertemuan yang lebih bermakna dari tiga minggu kemarin.  Sukses yaaaa!!   😘😘😘
 
blogger template by arcane palette